Melalui Distanbun, Asisten I Dogiyai Serahkan Sarana Produksi Pertanian

blog image

HUMAS PEMKAB DOGIYAI _:_ Sebagai bentuk kepedulian Pemerintah Kabupaten Dogiyai, Provinsi Papua Tengah pada sektor Pertanian, maka melalui Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Kabupaten Dogiyai menyerahkan bantuan Sarana Produksi Pertanian(SAPRONI) secara simbolis berup, Pertama, Suku Cadang Alat Pertanian Kecil (APK). Kedua, Bahan Pupuk Organik, Bahan Herbisida dan Bahan Dekomposer. Ketiga, Bahan Bibit Tanaman Lokal dan Hibrida F1.

“Untuk itu, atas nama Dinas Pertanian dan Perkebunan serta para petani penerima manfaat, kami menyampaikan terima kasih kepada bapak Bupati Dogiyai atas dukungan penuh dalam kegiatan penyerahan SAPRONI secara simbolis kepada perwakilan petani. Bantuan berupa bibit tanaman, alat suku cadang pertanian kecil serta bahan pupuk organik dan bahan herbisida merupakan bentuk komitmen Pemerintah Kabupaten Dogiyai untuk meningkatkan produksi, memperkuat usaha tani dan mendorong kesejahteraan petani di lokasi kegiatan,” kata Sekretaris Distanbun Kabupaten Dogiyai, Martinus Tebai dalam kata-kata sambutannya mengawali kegiatan penyerahan SAPRONI yang berlangsung di Halaman Kantor Distanbun Dogiyai, Jumat (5/12).

Martinus juga mengapresiasi bupati Dogiyai atas pemberdayaan pengusaha orang asli Dogiyai dalam hal pemberian paket-paket pekerjaan pengadaan barang dan jasa di instansi pemerintah. Karena dengan metode seperti inilah mereka akan belajar dan bisa berkompitisi untuk meningkatkan harkat dan martabat generasi muda dalam dunia usaha.

Dia berharap agar bantuan sarana produksi pertanian ini dapat tersalurkan sampai di petani atau kelompok tani penerima manfaat agar berdampak nyata pada peningkatan hasil pertanin dan ketahanan pangan daerah. Untuk itu, pihaknya berharap agar para penyedia berperan aktif dalam proses biaya distribusi sampai ke lapangan.

“Pada kesempatan ini kami juga memohon kepada Inspektorat Kabupaten Dogiyai untuk mereview hasil pengadaan barang dan jasa untuk menentukan tolok ukur kinerja, bahwa apakah benar-benar penyedia melaksanakan kewajibannya sesuai standar teknis yang ditetapkan atau tidak sesuai peraturan yang berlaku. Ini penting agar di kemudian hari tidak terjadi masalah,” harapnya.

Penyuluh Pertanian Distanbun Dogiyai, Yustinus Iyai mewakili para petani mengatakan, pemerintah Kabupaten Dogiyai perlu menganggarkan dana pembelian hasil tani dalam APBD Induk dan bukan dalam APBD Perubahan.

“Kalau mau membeli sayuran, mohon jangan dianggarkan dalam APBD Perubahan. Kami berharap agar pemerintah anggarkan dalam APBD induk, dan belinya harus dimulai dari Januari dan seterusnya sesuai musim tanam. Biasanya empat kali musim tanam dalam setahun, jadi koperasi rutin membeli hasil pertanian. Kalau hanya beli di bulan November dan Desember maka sama saja, hasil pertanian tidak berpengaruh dalam hal pemasaran,” harapnya.

Asisten I Sekretariat Daerah Kabupaten Dogiyai, Nason Pigai, S.IP mengaku ditugaskan oleh bupati Dogiyai, Yudas Tebai, S.Pd, M.Si untuk menyerahkan SAPRONI tersebut. “Di sini saya ditugaskan oleh pak bupati. Sebetulnya pak Bupati yang mau datang serahkan, tetapi karena beliau ada kesibukan dengan kegiatan lain, maka kami yang akan serahkan peralatan, pupuk dan bibit ini kepada pelaku usaha pertanian,” kata Pigai mengawali kata-kata sambutannya.

Asisten I mengapreasi mama-mama petani yang kuat, mampu dan selalu aktif dalam kegiatan-kegiatan gerejani, sehingga kemampuan menghasilkan hasil pertanian yang berkualitas tak dapat diragukan lagi.

“Mama-mama ini selalu memberi kenyang saat kegiatan gerejani seperti pada saat ada kegiatan  konferensi, retret dan muspas. Pokoknya kegiatan apa saja, kita tidak ragu dengan mereka punya semangat kerja, itu pasti kita yakin bahwa mereka akan kerja dengan baik. Dengan adanya bantuan sarana produksi pertanian dari pemerintah daerah Dogiyai melalui Dinas Pertanian dan Perkebunan ini, saya yakin para petani mampu meningkatkan mutu dan jumlah hasil pertanian,” katanya disambut tepuk tangan hadirin.

 

Nason mengatakan, pemerintah Dogiyai akan siap membeli hasil pertanian untuk selanjutnya mensuplai ke PT Feeport Indonesia di Timika. Dia mengaku, pada hari Rabu (3/12) lalu dirinya mewakili bupati Dogiyai menyerahkan peralatan penyegar sayuran untuk ditaruh di gudang penampungan pangan lokal di kampung Dikiyouwo, Distrik Kamuu, Kabupaten Dogiyai. Pemerintah Dogiyai juga, lanjutnya, sudah membangun gudang penampungan hasil pertanian di Dogiyai dan di Timika.

“Ada satu putra daerah Dogiyai yaitu bapak Marius Tebai memiliki visi yang besar untuk mensuplai bahan makanan lokal Dogiyai ke PT Freeport. Beliau akan menjadi mediator untuk penjualan sayur hasil tani mama-mama. Bawang putih, bawang merah, kol, pecai dan jenis sayuran lainnya langsung pergi serahkan ke beliau kalau sudah hasilkan. Soal penjualan itu nanti dia yang akan atur. Itu untuk mewujudkan visi dan misi pak Bupati dan weakil bupati Dogiyai tentang Pembangunan di sektor ekonomi kerakyatan, ini kerja nyatanya seperti begitu. Sekarang rakyat Dogiyai mau hasilkan jenis makanan tertentu atau tidak itu menjadi tugas dan tanggung jawab para petani. Tetapi untuk mama-mama yang datang ini saya tidak ragu untuk menghasilkan bahan makanan memadai. Jadi tinggal produksi, tinggal panen, tinggal pergi serahkan satu kebun itu ke pak Marius Tebai. Entah satu kebun kopi kah, satu kebun bawang putih kah, bawang merah kah, atau sayur. Mama-mama kerja saja agar kita menjadi sumber berkat untuk daerah lain,” katanya.

 Penampung hasil pertanian dan perkebunan Kabupaten Dogiyai, Marius Tebai yang hadir pada kesempatan penyerahan SAPRONI itu menyatakan pihaknya siap membeli, menampung dan menyuplai sayuran dan kopi milik masyarakat Kabupaten Dogiyai ke pihak PT Freeport Indonesia di Timika.

Tebai mengaku dan berterima kasih kepada Pemerintah Dogiyai yang telah membangun dua tempat penampungan hasil tani, satu di Timika dan satunya di Dogiyai. Sebagai Langkah percobaan, kata dia, pihaknya akan membeli hasil tani dalam jumlah secukupnya.

“Tetapi hasil perkebunan seperti kopi, kami siap beli dalam jumlah besar. Kami beli kopi dengan kategori harga yang berbeda, yakni kopi yang masih ada kulit merah dibeli harga Rp 40.000/Kg, kopi yang kering tapi masih ada kulit keras di dalam dibeli dengan harga Rp 70.000/Kg dan kopi yang bersih dibeli dengan harga Rp 100.000/Kg. Sedangkan untuk sayuran, kami belum tentukan harga. Kami akan beli dengan sistim timbang dan merata untuk semua petani. Karena itu, kami berharap agar kelompok usaha tani yang ada untuk dapat melaporkan kepada kami untuk mendata. Kelompok tani yang akan melapor itu kami akan turun lihat di lapangan untuk memastikannya. Itu yang kami akan laporkan ke pemerintah Dogiyai. Kami berharap untuk Kelompok Usaha Tani perbesar lahan pertanian karena akan butuh jumlah besar,” katanya sambil menambahkan pihaknya akan mengumumkan di gereja dan tempat umum lainnya tentang kapan pihakya mulai beli hasil tani. (Marsel Dou/Yohanes You/Yanuarius Iyai)