Demi Pasok Sayuran ke PTFI, Pemkab Dogiyai Serahkan Freezer dan AC

blog image

HUMAS PEMDA DOGIYAI _:_ Dalam rangka mendukung perekonomian dan kemandirian masyarakat asli Dogiyai untuk memasok sayuran ke PT Freeport Indonesia (PTFI) di Timika, Pemerintah Kabupaten Dogiyai melalui Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) menyerahkan alat Freezer dan AC kepada Pengelola Koperasi Konsumen Organik di Kampung Dikiyouwa, Distrik Kamuu, Kabupaten Dogiyai. Penyerahan Freezer dan AC kepada koperasi penampung hasil pertanian masyarakat Kabupaten Dogiyai untuk selanjutnya dikirim ke Timika ini bermaksud agar sayuran yang dipasok tetap terjaga kesegarannya.

Mewakili Bupati Kabupaten Dogiyai, Yudas Tebai, S.Pd, M.Si, Asisten I Setda Dogiyai, Nason Pigai, S.IP  menyampaikan, bahwa masyarakat Kabupaten Dogiyai memiliki keinginan kuat untuk memajukan sektor pertanian. Untuk itu, lanjutnya, OPD-OPD terkait di lingkungan Pemerintah Kabupaten Dogiyai perlu berkolaborasi program untuk mewujudkan pertanian berkelanjutan.

“Sekarang sudah saatnya kita lihat peluang sumber daya alam yang melimpah, lihat peluang pasar di luar sana, dan menjadi individu yang kreatif dan inovatif dalam mengembangkan apa yang ada. Perlu ada kerja sama antara dinas koperasi, pertanian, petenakan, lembaga swasta, serta pihak-pihak yang memiliki visi sama. Kita harus punya perencanaan matang untuk mewujudkan pertanian berkelanjutan di wilayah ini,” kata Nason dalam kata-kata sambutannya saat penyerahan Freezer dan AC di Kampung Dikiyouwa, Distrik Kamuu, Dogiyai, Rabu (3/12).

Asisten I mengapresiasi pembangunan gudang penampungan sekaligus pemasaran komoditas lokal yang telah dibangun oleh Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Dogiyai di Timika dan Dogiyai. “Kita berharap fasilitas vital ini bisa mengoptimalkan pertanian organik terpadu di Kabupaten Dogiyai. Harapannya, sarana ini bisa menghasilkan output nyata secara harian, mingguan, maupun bulanan, sehingga berkelanjutan dan bisa menjadi sumber pendapatan keluarga yang terlibat,” ujanya.

Lebih lanjut, Pigai berharap agar program-program seperti ini dapat berlanjut secara konsisten dalam jangka panjang, bahkan saat terjadi pergantian kepemimpinan. Ia menegaskan, bahwa pemerintah harus terlibat aktif dalam penyediaan dana dan dukungan program prioritas dengan merangkul semua pemangku kepentingan, baik dinas terkait maupun pihak swasta.

“Jangan menutup diri, harus terbuka dan sama-sama cari model pemberdayaan masyarakat dan pengelolaan sumber daya alam yang terintegrasi untuk bangun Dogiyai,” tambahnya.

Ia menyinggung peran Yayasan P5 yang dahulu bekerja sama dengan masyarakat lokal untuk meningkatkan ekonomi dan kualitas hidup melalui program pemberdayaan yang berfokus pada pertanian, pendidikan, dan kesehatan, khususnya upaya menggerakkan ekonomi lokal melalui ajakan menanam kopi serta aktivitas jual beli hasil pertanian yang telah menjadi tumpuan hidup banyak keluarga.

“Kita harus belajar dari Yayasan P5 yang sudah lama berdiri dan masih eksis sampai sekarang. Kuncinya, jangan hanya berteori, bicara banyak, tapi kerja nyata demi kesejahteraan keluarga masyarakat Mee dan kemajuan ekonomi berkelanjutan. Kita harus kreatif, tekun, tidak gampang terpengaruh, terbuka dan kerja sama dengan pihak lain yang punya mimpi sama memajukan Dogiyai,” katanya.

Pigai menekankan pentingnya keberlanjutan program pengembangan ekonomi meski terjadi pergantian kepemimpinan. Dalam hal ini, lanjutnya, pemimpin boleh ganti tetapi program pembangunan tetap berlanjut, semangat usaha yang telah dibangun jangan dihilangkan oleh pimpinan yang baru.

“Oleh karena itu, saya berpesan agar semangat, kolaborasi, perencanaan matang, dukungan pemerintah, dan manajemen transparan adalah kunci keberhasilan pengembangan pertanian Dogiyai tetap dilanjutkan. Pelaksanaan program tidak berhenti pada teori, tetapi diwujudkan melalui tindakan nyata untuk pertumbuhan ekonomi berkelanjutan,” harapnya.

Sementara itu, Pengelola Koperasi Konsumen Organik, Marius Tebai menjelaskan kesiapan mereka dalam memanfaatkan pasokan tempat penampungan komoditas pangan lokal. Ia menyebut bahwa pasokan pangan lokal dari Dogiyai dan Timika hampir 100 persen siap didistribusikan.

“Kami sudah merancang strategi pemasaran komprehensif untuk pasar lokal dan intenasional, dengan koneksi pasar kopi di Amerika, Inggris, dan Belanda. Kami bekerja sama dengan IPB untuk mengembangkan lokasi pengembangan kopi seluas 5–10 hektare di Nabire, guna memenuhi permintaan 10 ton kopi dari Dogiyai dan Sugapa. Selain itu, kami menerapkan sistem pembelian kopi yang fleksibel, dengan harga Rp40.000–Rp100.000/kg untuk kopi biji merah/cherry, biji gabah kering, dan green bean. Komoditas ini memiliki potensi pasar menjanjikan, mereka siap melakukan pembelian bahan makanan dalam jumlah ton,” katanya. (Herman Degei/Yohanes You/Marsel Dou)